Share :

Wiwaha baru saja tiba di tempat kost barunya. ada 16 kamar berjajar. Ada yang tinggal bersama keluarganya di situ, ada yang sendirian, campur laki dan perempuan dalam satu lingkungan. Wiwaha jadi teringat saat berkunjung ke tempat kakak sepupunya dulu di Surabaya. Ibu kostnya cerita beberapa kasus perselingkuhan yang terjadi di tempat kost tersebut. Dirinya pun jadi khawatir. Ibu kost menunjukkan kamar nomor tiga dari ujung barat, menghadap ke selatan.

Lumayan ramai di tempat kost tersebut, banyak ibu-ibu dan mbak-mbak yang lagi bersantai ngerumpi di teras kost. Lama-lama Wiwaha juga akan kenal mereka. Ia pun langsung menata barang-barang miliknya di kamarnya. Bertahap Wiwaha beradaptasi dengan suasana baru dan mengenal keadaan. Kamar sebelah kanan dihuni perempuan lajang, sedangkan kamar sebelah kiri dihuni janda beranak satu.

"Orang mana di sebelah ini?"

Tanya seorang perempuan di luar pada yang lain. Wiwaha mendengarnya.

"Katanya orang Jawa."

"Sendirian?"

"Iya."

"Ical...!! Jangan main di situ...!!"

Anak janda di sebelah lari-lari di depan kamar Wiwaha. Mungkin usianya belum genap 2 tahun. Setiap berangkat dan pulang kerja, Wiwaha menyapa teman-teman kostnya yang sedang berada di teras. Anak janda muda itu pun juga mulai mengenalnya. Suatu sore anak itu malah masuk ke kamarnya. Wiwaha mencandainya, imut, lucu. Mamanya binggung mencarinya. Wiwaha pun menggendongnya keluar.

"Loooh... kok main ke situ?!" kata mamanya.

Anak itu malah keasikan digendong Wiwaha

"Sini..."

Wiwaha memberikannya. Anak itu masih memandang Wiwaha meskipun sudah di pangkuan mamanya. Wiwaha masuk lagi ke kamarnya melanjutkan pekerjaan Work From Home efek pandemi covid-19 yang ma belum juga berakhir.

Meskipun bekerja dari rumah tetap saja pekerjaan kantor memang cukup memusingkan. Tetapi, Wiwaha tidak mau menyerah. Targetnya pekerjaan cepat selesai.

Suatu sore anak itu masuk ke kamarnya lagi. Wiwaha menyambutnya dengan canda. Kebetulan ia punya wafer dan roti. Anak itu suka. Wiwaha melihat ke luar, ia sadar, rupanya masih siang. Begitulah, ia tidak bisa mikir lagi apakah sedang malam atau sedang siang. Anak itu ingin main laptopnya. Ia pun membiarkannya. Ia cari video bayi di YouTube dan ditampilkannya. Anak itu tertawa dan memegang layar laptopnya.

Mamanya memanggilnya dari teras. Wiwaha menggendong anak itu diantarnya keluar. Berulang kali begitu hingga akhirnya Wiwaha pun agak akrab sama mamanya anak itu. Bahkan ia mulai merasa, sepertinya, wanita itu cocok buat jadi teman hidupnya, biar dia tidak kesepian, biar tidak tinggal sendirian.

"Mbak tidak mau nikah lagi?" tanya Wiwaha saat mbak itu di depan kosannya.

Mbak itu kayak malu. Sambil tersenyum ia jawab. "Ingin sebenarnya," jawabnya sambil memandang Wiwaha. Seperti sangat berharap.

Hawa hangat terasa merasuki dada Rudi. Cantik sekali dia. Mempesona wajahnya. Agak lama keduanya beradu pandang. "Sama saya," kata Wiwaha.

Wanita itu kaget. "Mas..."

"Iya. Mau jadi istri saya?"

Ia tampak bingung. Ia sudah kenal Wiwaha. Sudah tahu dia lelaki baik. "Mas serius?" bukan nanya sebenarnya. Sekedar basa-basi saja.

"Kalau mbak mau, kapan saya bisa ke rumah mbak, bertemu orang tua mbak?"

Ia bernafas dalam. "Saya kabari orang tua dulu ya."

"Iya."...... see u late..